Rabu, 31 Agustus 2016

SETIA HINGGA TUTUP USIA

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal
sepasang suami istri yang telah masuk umur senja.
Pasangan itu dikaruniai dua orang anak yang sudah
dewasa serta mempunyai kehidupan sendiri yang
mapan.
Sang suami adalah seseorang pensiunan sedang
istrinya seseorang ibu rumah-tangga. Suami istri itu
lebih pilih untuk terus tinggal dirumah mereka
menampik dikala putra-putri mereka tawarkan untuk
ikut pindah bersama-sama mereka....
Jadilah mereka, sepasang suami istri yang nyaris
renta ini menggunakan waktu mereka yang tersisa
dirumah yang sudah jadi saksi berjuta peristiwa
dalam keluarga ini.
Satu senja ba'da Isya disebuah masjid tidak jauh dari
rumah mereka, sang istri tidak temukan sandal yang
tadi dikenakannya ke masjid tadi.
Waktu repot mencari, suaminya datang menghampiri
"Kenapa Bu? "
Istrinya melihat sembari menjawab "Sandal Ibu tak
ketemu Pa".
"Ya sudah pakai ini saja" kata suaminya sembari
menyodorkan sandal yang dipakainya. Walaupun
agak sangsi sang istri terus menggunakan sandal ini
dengan berat hati.
Menuruti pengucapan suaminya yaitu kebiasaannya.
Jarang sekali ia menyanggah apa yang di katakan
oleh sang suami.
Paham kegundahan istrinya, sang suami
mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.
"Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada
kaki istriku yang sudah menyokong hidupku
sepanjang beberapa puluh th. ini, takkan pernah
setimpal pada apa yang sudah dilakukannya.
Kaki yang senantiasa lari kecil membukakan pintu
untuk-ku waktu aku pulang, kaki yang sudah
mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa ada kenal
letih, dan kaki yang menyusuri beragam tempat
mencari beragam kebutuhanku serta anak-anakku".
Sang istri melihat suaminya sembari tersenyum
dengan tulus serta merekapun mengarahkan langkah
menuju rumah tempat bahagia bersama….
Lantaran umur yang sudah lanjut serta penyakit
diabetes yang dideritanya, sang istri mulai
mangalami gangguan pandangan. Waktu ia
kesusahan membereskan kukunya, sang suami
dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan
istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya
mulai dirapikan serta setelah selesai sang suami
mencium jari-jari itu dengan lembut serta bergumam
"Terimakasih ya, Bu ".
"Tidak, Ibu yang terimakasih sama Ayah, sudah
menolong memotong kuku Ibu" tukas sang istri
tersipu malu.
"Terimakasih untuk seluruhnya pekerjaan luar biasa
yang belum pasti mampu saya kerjakan. Saya takjub
begitu luar biasanya Ibu. Saya tau seluruhnya takkan
terbalas hingga kapanpun" kata suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri
"Bapa kok bicara demikian?
Ibu bahagia atas semuanya Pak, apa yang sudah kita
lewati bersama-sama yaitu luar biasa.
Ibu senantiasa bersukur atas seluruhnya yang
dilimpahkan pada keluarga kita, baik maupun jelek.
Seluruhnya bisa kita hadapi bersama-sama. "
Hari Jum'at yang cerah sesudah sekian hari hujan.
Siang ini sang suami bersiap akan menunaikan
ibadah Shalat Jum'at,
Sesudah berpamitan pada sang istri, ia melihat sekali
lagi pada sang istri memandang tepat pada matanya
saat sebelum pada akhirnya mengambil langkah
pergi.
Tak ada tanda yang tidak biasa di mata serta
perasaan sang istri sampai waktu beberapa orang
mengetuk pintu membawa berita yang tidak pernah
disangkanya.
Nyatanya siang ini sang suami tercinta sudah
merampungkan perjalanannya didunia. Ia sudah
pulang menghadap sang penciptanya saat tengah
menggerakkan ibadah Shalat Jum'at, tepatnya waktu
duduk membaca Tahyat terakhir.
Masih juga dalam posisi duduk prima dengan
telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha
Kuasa.
"Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah"
gumam beberapa jama'ah setelah mengerti bila dia
sudah tidak ada.
Sang istri terbayang tatapan paling akhir suaminya
waktu ingin pergi ke masjid. Terselip tanya dalam
hatinya, mungkinkah ini sebagai tanda perpisahan
pengganti perkataan selamat tinggal.
Ataukah suaminya kuatir meninggalkannya sendiri di
dunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri.
Walaupun masih ada anak-anak yang bakal
mengurusnya,
Namun kehilangan suami yang sudah didampinginya
sepanjang beberapa puluh tahun cukup membuatnya
terguncang. Akan tetapi ia tidak mengurangi
sedikitpun keikhlasan dihatinya yang dapat
menghalangi perjalanan sang suami menghadap
Sang Khalik.
Dalam do'a dia senantiasa memohon kemampuan
supaya bisa bertahan serta memohon supaya
suaminya diletakkan pada tempat yang layak.
Tidak lama sesudah kepergian suaminya, sang istri
punya mimpi berjumpa dengan suaminya. Dengan
muka yang cerah sang suami menghampiri istrinya
serta menyisir rambut sang istri dengan lembut. "Apa
yang Ayah kerjakan? ' bertanya istrinya bahagia
bercampur bingung.
"Ibu mesti kelihatan cantik, kita bakal melakukan
perjalanan panjang. Ayah tidak bisa tanpa ada Ibu,
bahkan juga setelah kehidupan di dunia berakhir,
Ayah senantiasa butuh Ibu. Waktu diminta memilih
pendamping Ayah bingung, lalu mengatakan
pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin
untuk menjemput Ibu. "
Istrinya menangis sebelum pada akhirnya berkata
"Ibu ikhlas Ayah pergi, namun Ibu juga tak dapat
bohong bila Ibu takut sekali tinggal sendiri.. Bila ada
kesempatan mendampingi Bapa sekali lagi serta
untuk selama-lamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-
siakan. "
Sang istri mengakhiri tangisannya serta
menggantinya dengan senyuman.
Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya…

Tidak ada komentar: